BUDIDAYA ITIK MOJOSARI
Itik petelur lokal memiliki beragam asal usul. Itik-itik ini sering disebut sesuai wilayah asal dan sifat morfologis seperti itik alabio, itik tegal, itik bali, itik mojosari, itik magelang, dan itik cirebon.
Di antara banyak jenis itik lokal ini, itik mojosari merupakan salah satu itik lokal petelur unggulan. Tak heran, Dian eko prayitno pun memilih mengembangkan itik mojosari ini karena potensi ekonominya lebih tinggi dibanding itik jenis lain.
Ukuran telur itik mojosari lebih besar ketimbang telur itik lokal lainnya. "Ukuran telurnya sekitar 70 gram sampai 75 gram, kalau itik lainnya hanya 60 gram sampai 65 gram," kata Dian yang memiliki peternakan itik di Mojokerto, Jawa Timur.
Dian eko prayitno baru mulai beternak itik mojosari sejak 2010 lalu. Sejatinya, usaha ini merupakan warisan turun temurun keluarganya. Itulah sebabnya, Dian tak sulit mengembangkan peternakan itik itu.
Selain menjual telur itik,Dian juga menjual itik petelur, mulai dari itik yang siap bertelur dan itik yang masih berusia sehari atau DOD (day old duck).
Untuk itik siap bertelur, Dian menjual dengan harga kurang lebih Rp 40.000 hingga Rp 43.000 per ekor. "Bulan ini sedang mahal-mahalnya, harga itik mencapai Rp 45.000 per ekor. Itik petelur jenis lain sekitar Rp 42.000 per ekor" katanya.
Sementara, untuk DOD, Dody mematok harga sebesar Rp 3.500 per ekor. Adapun untuk harga telur, Dody membanderol Rp 1.500 per butir.
Kini, usaha Dian sudah sangat mapan. Saban bulan, ia mampu meraup omzet hingga Rp 350 juta. Perolehan omzet sebesar ini berasal dari penjualan itik siap telur sekitar 5.000 ekor, itik usia sehari sebanyak 10.000 hingga 15.000 ekor, dan telur itik. "Itu penjualan rata-rata. Bulan ini saja, penjualan untuk itik siap telur bisa mencapai 20.000 ekor karena ada orang dari Jawa Barat yang pesan hingga 18.000 ekor," kata Dian.
Di peternakannya, Dian bisa memproduksi telur hingga 2.000 butir tiap hari. Alhasil, dalam sebulan, peternakan Dian mampu menghasilkan telur sebesar 60.000 butir.
Menurut Dian, itik mojosari memiliki masa produktif selama 12 bulan. Pada tahun ke dua, itik mojosari masih mampu menghasilkan telur, namun tak banyak.
Biasanya, setelah tak produktif lagi, itik mojosari akan dijual untuk dimanfaatkan dagingnya. Harga jual itik mojosari yang tidak produktif juga masih cukup tinggi yakni sekitar Rp 31.000 hingga Rp 33.000 per ekor.
Awank dwi purwanto pemilik Sentral Ternak di Malang, Jawa Timur juga mengakui permintaan itik petelur mojosari tinggi. Hal ini karena itik ini memiliki beberapa kelebihan, seperti mudah beradaptasi dengan lingkungan baru.
Selain itu, ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan dengan jenis itik lainnya. Sehingga, konsumsi pakan ternak itik mojosari lebih sedikit dan lebih ekonomis.
Cangkang telur itik mojosari yang berwarna hijau kebiruan juga lebih menarik minat konsumen, ketimbang itik lainnya yang berwarna putih. "Konsumen Indonesia banyak yang menyukai telur itik mojosari," kata Awank.
Keistimewaan lain dari itik mojosari ini, produktivitas telur bisa mencapai 90% saat itik mencapai puncak produksi. Angka ini sama dengan 328 butir telur yang dihasilkan itik mojosari setiap tahunnya.
Jumlah ini tentu saja lebih tinggi dibanding produktivitas itik petelur lainnya. Bahkan selepas masa puncak produksi, itik mojosari masih mampu menghasilkan telur hingga 75%.
Sama seperti Dian, Awank membanderol harga telur itik mojosari Rp 1.200 per butir. Sedangkan, ia menjual DOD seharga Rp 3.500 per ekor.
Dalam satu bulan, Awank sanggup memenuhi pesanan permintaan bibit itik mojosari sekitar 12.000 ekor sampai dengan 15.000 ekor. Dengan begitu, Awank pun bisa mendulang omzet lebih dari Rp 52 juta sebulan.
Awank menambahkan, permintaan DOD itik mojosari ini tak pernah sepi. Bahkan sekarang ini, permintaan itik mojosari pun banyak datang dari berbagai daerah di luar Pulau Jawa, seperti Kalimantan, Sulawesi, Sumatra, bahkan hingga Papua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar